Awalnya Pakaian Bekas Untuk Donasi, Kok Jadi Industri?

Awalnya Pakaian Bekas Untuk Donasi, Kok Jadi Industri?
Awalnya Pakaian Bekas Untuk Donasi, Kok Jadi Industri?

Lambeturah.co.id - Maraknya tren belanja pakaian bekas berkembang saat ini. Masyarakat khususnya muda-mudi di kota besar mulai berlomba untuk shopping pakaian bekas.

Awalnya penggunaan pakaian bekas dimulai dari gerakan donasi kegiatan keagamaan. Dirangkum dari berbagai sumber, thrift shop adalah toko yang mengumpulkan uang untuk amal dan organisasi non profit.

Sejumlah toko menjual barang-barang sumbangan dari setiap orang di sekitar komunitas mereka. 

Dengan memberikan donasi berupa barang bekas ke thrift shop seperti pakaian, furnitur, sepatu, mainan, elektronik, dekorasi rumah, dan sebagainya.

Pada awal 1900-an, kala itu kelompok pelayanan yang dibuat Gereja Kristen mulai mengumpulkan barang-barang bekas untuk dijual dan mencoba mendanai program amal.

Kemudian penjualan barang bekas, khususnya pakaian bekas, juga didorong oleh adanya revolusi industri. Di mana pakaian-pakaian makin banyak diproduksi, masyarakat berkecukupan bisa membelinya. 

Namun, semua berubah ketika depresi ekonomi terjadi. Permintaan sangat tinggi untuk barang-barang bekas yang harganya lebih murah membuat toko barang bekas yang ada pada saat itu tidak dapat memenuhinya. Maka bermunculan lah banyak toko barang dan pakaian bekas yang baru.

Lalu, kenapa belanja pakaian bekas menjadi tren pop di tengah kalangan muda-mudi, bahkan sampai berubah menjadi industri?

Apalagi mulai bermunculan juga beberapa pesohor yang hobi thrifting seperti Andie Walsh dalam film Pretty in Pink. Ia memadupadankan outfit-nya dengan barang baru dan bekas.

Lalu, Kurt Cobain salah satunya. Sejak saat itu thrifting bagaikan menjadi ekspresi individualitas di tengah kaum muda.