Donald Trump, AS akan ambil alih Jalur Gaza

Donald Trump, AS akan ambil alih Jalur Gaza
Donald Trump, AS akan ambil alih Jalur Gaza

Lambeturah.co.id - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana ambisius untuk mengambil alih Jalur Gaza, Palestina. Dalam konferensi pers yang diadakan bersama pemimpin Israel, Benjamin Netanyahu, pada hari Selasa, Trump menyatakan, "AS akan mengambil alih Jalur Gaza dan kami akan melakukan sesuatu di sana,"

Trump menjelaskan bahwa langkah tersebut akan melibatkan penguasaan Gaza, termasuk "melucuti semua bom aktif berbahaya dan senjata-senjata lainnya, meratakan wilayah itu, dan membersihkan gedung-gedung yang hancur."

Dia juga menambahkan bahwa AS berencana untuk mengembangkan ekonomi Gaza, yang diharapkan dapat "menyediakan lapangan kerja tak terbatas dan perumahan warga", kata dia.

Dalam pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih, Trump menyatakan keyakinannya bahwa Yordania dan Mesir akan bersedia menerima relokasi warga Palestina dari Gaza.

Ia menggambarkan wilayah tersebut sebagai lokasi yang hancur akibat agresi Israel dan tidak lagi layak huni.

"Saya tahu mereka sudah membahas soal ini dengan Anda, dan mereka mengatakan tak akan menerima (warga Gaza)," kata Presiden AS itu.

"Saya katakan mereka akan menerima, tetapi saya pikir negara-negara lain juga akan menerimanya," ujarnya, menambahkan.

Trump juga menyoroti kondisi sulit yang dialami warga Gaza, yang menurutnya "sudah sangat menderita" dan "sangat tidak beruntung."

Ia berpendapat bahwa mereka tidak ingin tinggal di Gaza lagi, menyebutkan, "Mereka hidup seperti di neraka."

Ia menambahkan bahwa jika warga Gaza memiliki pilihan, mereka pasti akan memilih untuk tinggal di tempat yang lebih indah dan aman.

"Jika mereka punya pilihan, pasti mereka memilih tidak kembali ke Gaza dan tinggal di tempat lain yang indah dan lebih aman," kata Trump.

Pada 25 Januari, Trump mengusulkan agar warga Gaza dipindahkan ke Mesir dan Yordania, namun usulan tersebut ditolak oleh kedua negara tetangga.

Hamas, kelompok perlawanan Palestina yang menguasai Gaza, juga mengecam rencana tersebut, menyebutnya sebagai "keterlibatan AS dalam kejahatan" yang dilakukan oleh Israel.