Fahri Hamzah Soroti Gaji Kades Rp 2 Juta Berbeda Jauh dengan Lurah

Politisi Fahri Hamzah, soroti nominal gaji kepala desa (kades) senilai Rp 2 juta per bulan. Ia menyebut gaji lurah di DKI Jakarta capai Rp 30 juta per bulan.

Fahri Hamzah Soroti Gaji Kades Rp 2 Juta Berbeda Jauh dengan Lurah
Fahri Hamzah Soroti Gaji Kades Rp 2 Juta Berbeda Jauh dengan Lurah

Lambeturah.co.id - Politisi Fahri Hamzah, menyoroti nominal gaji kepala desa (kades) senilai Rp 2 juta per bulan. Ia menyebut jika gaji lurah di DKI Jakarta capai Rp 30 juta per bulan.

Fahri menyebut jika diberbagai aspek di desa harus ditingkatkan, salah satunya termasuk gaji perangkat desa.

"Jadi mesti melihat desa itu menjadi unit yang independen dia bisa lebih kuat dari negara, income per kapita desa bisa lebih kuat dari negara, pembangunan desa itu bisa lebih hebat dari ibu kota," ucap Fahri.

"Karena itu lihatnya desa itu sebagai satu unit yang mau kita lengkapkan, demokrasinya lengkap, organisasinya lengkap, sistem pemerintahannya lengkap, gajinya juga dikasih baik," tambahnya.

Tak hanya itu, Fahri juga menyebut jika nominal gaji per bulan kades Rp 2 juta adalah hal yang tak masuk akal. Sebab di DKI, gaji lurah sudah mencapai puluhan juta rupiah.

"Masa gaji kepala desa 2 juta, gila apa, sementara gaji lurah di DKI gajinya 27 juta-30 juta tidak dipilih oleh rakyat," ungkapnya.

Ia juga menyinggung soal dilema menjadi pemenang dalam pemilihan umum. Katanya, usai seseorang menjadi pejabat, tamu sering berkunjung ke rumahnya.

"Yang namanya dilemma of elected official itu, jadi orang itu kalau terpilih dia punya tim sukses, dia punya pemilih, dia punya banyak tamu. Rumah tuh nggak boleh kosong dengan kopi, nggak boleh kosong dengan gula dan teh," imbuhnya.

"terus kalau gajinya 2 juta sebulan kan malu dia menerima tamu, sementara mereka tak boleh ganggu dana-dana lain," ujarnya lagi.

Oleh karena itu, ada berbagai hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki desa. Dia meminta agar dana yang digelontorkan untuk pembangunan desa diperbesar.

"Menjadikan pengelolaan desa itu maksimal, uangnya harus besar, makanya yang kita pikirkan bukan aparatnya, yang pertama kita pikirkan rakyat desa, karena kita mau dalam waktu cepat. Kenapa nggak orang desa itu lebih cepat maju dari orang Jakarta, kenapa sih? Orang sudah ada digital teknologi, digital ekonomi dan sebagainya, biarin aja orang desa itu lebih hebat dari kita orang yang di kota, karena itu uangnya harus juga dilengkapin," pungkasnya.