Puluhan Santriwati di Lombok Diduga Jadi Korban Pelecehan Ketua Ponpes, Terinspirasi Serial 'Bidaah' untuk Melapor

Lambeturah.co.id - Seorang pimpinan pondok pesantren (Ponpes) berinisial AF di Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, dilaporkan ke Polresta Mataram atas dugaan tindak pencabulan dan persetubuhan terhadap sejumlah santriwati. Laporan resmi diterima pihak kepolisian pada Minggu, 20 April 2025, sekitar pukul 14.00 WITA.
Laporan tersebut diajukan oleh seorang korban yang juga menjadi pelapor utama dalam kasus ini. Dalam dokumen Tanda Bukti Lapor Nomor: TBL/117/IV/2025/SPKT/POLRESTA MATARAM/POLDA NTB, pelapor mengungkapkan bahwa peristiwa pertama terjadi pada tahun 2017, saat ia masih menjadi santriwati di ponpes tersebut.
Modus "Ritual" dan Dalih Keberkahan Ilmu
Dalam keterangan yang diperoleh dari media lokal PolitikaNTB, pelapor mengaku dipanggil tengah malam oleh kakak kelasnya berinisial H, atas perintah AF. Ia lalu diarahkan ke sebuah ruangan dekat kamar mandi santriwati, tempat beberapa santriwati lain telah dikumpulkan.
Secara bergiliran, para santriwati diminta menemui AF. Saat giliran pelapor, AF diduga melakukan perbuatan tak senonoh, mulai dari meraba tubuh korban hingga meminta posisi tubuh tertentu sambil berpura-pura membacakan doa.
“Tidak apa-apa, ini semua supaya kamu mendapatkan ilmu haq,” ujar pelapor, menirukan perkataan AF saat korban mempertanyakan tindakannya.
Kejadian serupa disebut berulang beberapa tahun kemudian, bahkan berkembang hingga dugaan persetubuhan. Pelapor yang saat itu sudah duduk di bangku SMA, kembali menjadi korban saat dipanggil ke sebuah bangunan laboratorium oleh AF. Usai kejadian, korban menangis dan bercerita pada temannya yang ternyata juga mengalami perlakuan serupa.
Jumlah Korban Terus Bertambah
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram, Joko Jumadi, yang mendampingi para korban, menyebutkan bahwa hingga saat ini terdapat 22 korban, seluruhnya merupakan mantan santriwati di Ponpes tersebut.
“Hari ini total delapan korban sudah diperiksa. Semuanya berstatus korban sekaligus saksi,” jelas Joko, Senin (21/4/2025).
Terinspirasi Serial Malaysia "Bidaah"
Menariknya, para korban mengaku tergerak untuk melaporkan peristiwa kelam yang mereka alami setelah menonton serial asal Malaysia berjudul Bidaah di platform VIU. Serial tersebut menampilkan sosok tokoh agama fiktif bernama Walid yang memanipulasi kepercayaan untuk melakukan pelecehan seksual terhadap santriwatinya.
“Setelah menonton serial itu, mereka merasa ada kesamaan modus, dan akhirnya berani melapor,” ungkap Joko.
Modus "Keberkahan Rahim" dan Janji Anak Menjadi Ulama
Lebih lanjut, terungkap pula bahwa salah satu modus AF adalah menjanjikan keberkahan jika para santriwati bersedia berhubungan dengannya. AF berdalih bahwa anak yang lahir dari hubungan tersebut kelak akan menjadi wali atau ulama besar.
“Pelaku menggunakan iming-iming keberkahan dalam rahim agar korban menurut,” tambah Joko.
Penyelidikan Masih Berlanjut
Hingga kini, Polresta Mataram telah menerima dua laporan terpisah terkait kasus ini. Kasus tersebut sedang dalam proses pendalaman dan penyidikan lebih lanjut oleh pihak berwajib.
Pihak kepolisian dan LPA Mataram terus mengimbau korban lain yang merasa pernah mengalami tindakan serupa untuk segera melapor dan mendapatkan perlindungan hukum.