Pemilihan Cak Yuk Gresik 2023 Disorot MUI Pakaian Finalis Tak Cerminkan Kota Santri Hingga Ada Lirik Sate Babi dan Bir

MUI Gresik soroti ajang grand final pemilihan Duta Pariwisata Cak Yuk Gresik 2023. Sebab, tak mencerminkan Gresik sebagai kota santri. 

Pemilihan Cak Yuk Gresik 2023 Disorot MUI Pakaian Finalis Tak Cerminkan Kota Santri Hingga Ada Lirik Sate Babi dan Bir
Pemilihan Cak Yuk Gresik 2023 Disorot MUI Pakaian Finalis Tak Cerminkan Kota Santri Hingga Ada Lirik Sate Babi dan Bir

Lambeturah.co.id - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Gresik soroti ajang grand final pemilihan Duta Pariwisata Cak Yuk Gresik 2023. Sebab, tak mencerminkan Gresik sebagai kota santri. 

Saat malam puncak yang berlangsung di gedung Wahana Ekspresi Poesponegoro (WEP) terdapat lirik lagu Sate Babi hingga segelas bir. Tak hanya itu, pakaian finalis juga tampak sebagian dada terbuka yang tidak mencerminkan Gresik sebagai Kota Santri dan Kota Wali.

Hal itu terlihat dalam sebuah tayangan youtube milik Suara Gresik milik Dinas Komunkasi dan Infiormasi (Diskominfo). Lagu bergaya kolonial Belanda itu menggunakan lirik bahasa Belanda. Namun banyak disisipi bahasa Indonesia yang menyebut makanan khas.

Salah satunya lagu berjudul Geef Mij Maar Nasi Goreng atau Beri Saja Aku Nasi Goreng ciptaan Wieteke van Dort ini menceritakan kerinduannya terhadap makanan Indonesia. Dimana saat dia di Belanda tidak ada Lontong, Sate Babi, tidak ada rasa pedas hingga berbagai makanan Indonesia.

Dalam lirik lagu itu juga disebutkan Sate Babi. Ketika pemutaran lagu di Grand Final Cak Yuk Gresik itu tidak disertai terjemahannya. Namun usai ditelusuri memiliki arti tidak ada Lontong, Sate Babi, tidak pedas. Makanan itu dirindukan oleh pencipta lagu. Selain itu juga terdapat lirik And a glass of beer atau satu gelas bir.

Terkait hal itu, Ketua MUI Gresik KH Masoer Shodiq sangat prihatin lagu itu terdapat lirik Sate Babi.

“Promosi-promosi terkait hasil Gresik sangat baik. Tetapi dalam promosi itu tidak memperhatikan budaya lokal, jelas itu menciderai Gresik sebagai Kota Wali dan Kota Santri,” ucapnya beberapa waktu lalu

“Iya ini menciderai, panitianya harus segera minta maaf,” tambahnya.

Dengan begitu, lagu ini merupakan lagu bergaya kolonial. Namun jika diangkat lagi ke masa kini, apalagi dalam kegiatan pemilihan duta pariwisata itu perlu diperhatikan budaya lokal.

Hal itu tidak mencerminkan Gresik sebagai Kota Santri dan Kota Wali. “Nanti akan kami bahas lebih lanjut di MUI,” pungkasnya.