Nasib TikTok di AS Ditentukan Usai Lebaran

Lambeturah.co.id - Pemerintahan Donald Trump sedang membahas nasib keberlanjutan operasi TikTok di Amerika Serikat (AS). Tenggat waktu untuk keputusan apakah TikTok bisa terus beroperasi atau tidak bakal diumumkan usai Lebaran, tepatnya 5 April 2025.
Diketahui, Rencana itu mencakup pemisahan entitas TikTok khusus di AS dan mengurangi kepemilikan China di bisnis baru tersebut hingga di bawah ambang batas 20 persen.
Susquehanna International Group milik Jeff Yass dan General Atlantic milik Bill Ford, yang terwakili dalam dewan direksi ByteDance, memimpin diskusi dengan Gedung Putih soal rencana tersebut.
Nasib TikTok yang digunakan oleh hampir separuh penduduk AS ini sudah berada dalam ketidakpastian sejak sebuah undang-undang yang berlaku pada 19 Januari 2025 engharuskan ByteDance untuk melakukan divestasi terhadap TikTok.
Undang-undang itu disahkan tahun lalu saat AS masih di bawah pemerintahan Joe Biden. Kemelut TikTok didasari kekhawatiran AS jima induk ByteDance asal China bisa menyerahkan data pengguna AS ke pemerintahan Xi Jinping.
Trump mengeluarkan perintah eksekutif untuk menunda penegakan hukum soal TikTok pada 19 Januari 2025 usai ia resmi dilantik pada 20 Januari 2025.
Mulanya, Trump mengusulkan agar kepemilikan China atas TikTok di AS menjadi 50%, kemudian 50% lagi dipegang investor AS. Tetapi, proses diskusi masih terus berlangsung hingga kini.
Dari pengajuan hukum dari TikTok tahun lalu, investor global memiliki sekitar 58% saham ByteDance. Sementara pendiri perusahaan yang berbasis di Singapura, Zhang Yiming, memiliki 21% saham. Karyawan di berbagai negara, termasuk 7.000 orang AS, memiliki 21% saham sisanya.