Kisah Farrel Rasendriyo, Penyandang Tunanetra yang Lulus Cumlaude dari Fakultas Hukum UGM

Sosok Alexander Farrel Rasendriyo Haryono, penyandang tunanetra yang memiliki keterbatasan penglihatan lulus dari UGM dengan predikat cumlaude.

Kisah Farrel Rasendriyo, Penyandang Tunanetra yang Lulus Cumlaude dari Fakultas Hukum UGM
Kisah Farrel Rasendriyo, Penyandang Tunanetra yang Lulus Cumlaude dari Fakultas Hukum UGM

Lambeturah.co.id - Sosok Alexander Farrel Rasendriyo Haryono, seorang penyandang tunanetra yang memiliki keterbatasan penglihatan lulus dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan predikat cumlaude.

Terlihat Farrel menjalani upacara wisuda sarjana bersama dengan 1.609 orang wisudawan lain dari 10 fakultas di UGM di di Graha Sabha Pramana UGM, pada Kamis (24/8). 

Ia lulus sarjana hukum UGM dengan predikat cumlaude dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,74. 

“Bisa selesai tepat waktu empat tahun, ini saya senang sekali,” katanya.

Kendati ada hambatan penglihatan atau tunanetra, ia mengaku tidak mengalami banyak kendala menyelesaikan pendidikan sarjana hukum di UGM. Para dosen, mengirim materi kuliah dalam format soft file saat kuliah daring, sehingga selalu bisa dipelajari kembali.

Perlakuan Farrel juga tak jauh berbeda dengan mahasiswa lain, meski dirinya mengalami keterbatasan. 

Bedanya, dia ditempatkan dalam ruangan khusus dan dibantu dengan sebuah aplikasi ketika ujian. Hal ini dilakukan agar dia tahu soal-soal yang ditanyakan. Kemudian, Farrel menulis jawaban ujian dengan mengetik di laptop. 

Ketika menggarap skripsi, dia juga tidak berbeda dengan mahasiswa lain, seperti melakukan wawancara dengan informannya, riset di perpustakaan hingga lembur bermalam-malam mengejar tenggat penulisan tugas akhir itu. 

Farrel juga menyatakan jika diperlukan ketentuan khusus penerapan pajak penghasilan bagi penyandang difabel. Pasalnya secara ekonomi mereka memiliki pengeluaran lebih besar dibanding dengan non difabel. 

Soal mobilitas di tempat kuliah, Farrel beruntung dapat teman-teman yang baik hati. Ketika berangkat kuliah, dia langganan ojek daring. Lalu sudah sampai gerbang kampus, rekan kuliahnya sudah menunggu untuk mengantarnya masuk ke dalam kelas. 

“Sampai kampus janjian sama teman sudah ada yang jemput. Lalu saya diantar ke kelas. Begitu juga janjian dengan dosen, selalu diantar,” kenangnya.