Media Massa Diminta Menjembatani Perbedaan Dengan Hadirnya Medsos

Teknologi semakin berkembang dengan hadirnya media sosial yang kerap dianggap mengancam keberadaan pers dan media massa. 

Media Massa Diminta Menjembatani Perbedaan Dengan Hadirnya Medsos
Media Massa Diminta Menjembatani Perbedaan Dengan Hadirnya Medsos

Lambeturah.co.id - Teknologi semakin berkembang dengan hadirnya media sosial yang kerap dianggap mengancam keberadaan pers dan media massa

Hal itu terkait penyajian informasi yang mengabaikan etika jurnalistik hingga keberlangsungan perusahaan media.

Dengan demikian, pengamat media sekaligus mantan anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo mengatakan, ada kelemahan media sosial yang semestinya dimanfaatkan pers dan media jurnalistik.

Kelemahan yakni fenomena keterbelahan masyarakat yang begitu terlihat di media sosial disebabkan adanya polarisasi pengguna. Apalagi semakin terlihat menjelang pemilihan umum. 

"Media sosial dan pemilu identik dengan pecah belah, identik dengan percekcokan, kehilangan teman, kehilangan suami karena perbedaaan pandangan politik," kata Agus Sudibyo, dalam diskusi yang digelar Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), beberapa waktu lalu.

"Apalagi kalau yang dibahas dalam pemilu adalah isu identitas, agama, etnis. Itu keras, kita irasional," tambahnya. 

Menurutnya, kondisi ini terjadi di berbagai negara, terutama negara demokrasi. Fungsi media sosial dan perannya dalam pemilu kerap dianggap negatif. 

Sebagai contoh, Agus.menilai "Saint Petersburg Troll Factory", yang berdasarkan sejumlah pemberitaan terindikasi sebagai ulah Rusia.

Aksi troll factory itu tak hanya dilakukan untuk mengacaukan masyarakat Amerika Serikat dalam menghadapi Pemilu 2016 yang dimenangkan Donald Trump. Namun, aksi itu juga menyasar sejumlah pemilu lain seperti Belanda, Jerman, India, Brazil, hingga disebut mampu mempengaruhi referendum yang menyebabkan Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit.

"Ini memperlihatkan betapa bahayanya proses komunikasi politik, proses kampanye di media sosial. Kita tidak tahu kelompok diskusi yang kita ikuti itu asli atau palsu? Yang bikin siapa?" Pungkasnya.