Pawai Ogoh-Ogoh Berhenti Ketika Rombongan Jenazah Muslim Melintas

Pawai Ogoh-Ogoh Berhenti Ketika Rombongan Jenazah Muslim Melintas
LambeTurah.co.id - Pawai ogoh-ogoh di Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sempat terhenti ketika iring-iringan pembawa jenazah muslim melintas.

Video yang diunggah akun Instagram @tegaldlimo.24jam tersebut memperlihatkan, sebuah ogoh-ogoh berwarna kuning berhenti bergerak di tengah jalan pada malam hari. Lalu sebuah keranda ditutup kain warna hijau yang dipanggul sejumlah pria, lewat di samping ogoh-ogoh tersebut.

Orang-orang yang tengah menyaksikan pawai ogoh-ogoh tersebut pun ikut membuka dan memberi jalan untuk iringan pembawa jenazah. Netizen mengapresiasi dan menghargai sikap toleransi beragama tersebut.

Buka Ajang World Superbike 2021, Presiden Jokowi Jajal Sirkuit Mandalika



Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kedungasri Joko Setiawan mengatakan, peristiwa dalam video itu betul terjadi di perempatan desanya. Umat Hindu desa tersebut sedang melaksanakan pawai ogoh-ogoh dalam rangka memperingati hari raya Nyepi tahun Saka 1944.

"Pas lewat perbatasan desa sini, ada orang meninggal juga yang dilanjutkan (proses pemakamannya), meninggal sore. Akhirnya hormat mayit (jenazah) itu tadi, ya sudah enggak joget (ogoh-ogohnya) berhenti. Lewat dulu (jenazahnya), lewat agak jauh, baru goyang lagi," kata Joko melalui telepon, Kamis (3/3/2022).

Jenazah yang ada di dalam keranda merupakan warga tetangga desa yang sudah tua dan meninggal sore hari. Menurut ajaran agama Islam, jenazah sebaiknya dimakamkan sesegera mungkin.

Joko menceritakan, selama pawai ogoh-ogoh, terdapat seorang narator yang menerangkan pengertian dan tujuan diselenggarakannya acara tersebut dalam perayaan Nyepi. Saat rombongan pembawa jenazah lewat, narator pun berhenti berbicara, dan pembawa ogoh-ogoh dengan sendirinya berhenti bergerak.

Setelah posisi keranda jauh, mereka menggoyang-goyangkan lagi tandu ogoh-ogoh. Joko mengatakan, penonton pawai ogoh-ogoh itu juga berasal dari masyarakat lintas agama.

Warga di dusunnya terdiri dari umat Hindu, Islam dan Kristen. Menurut Joko, sikap toleransi antar umat beragama di desanya sejauh ini mengalir dengan sendirinya, tanpa intervensi pemerintah desa.

"Tidak ada yang memandu, sudah seperti itu sendiri, mengalir, tidak ada intruksi desa. Bagi saya (toleransi muncuk karena) rata-rata orangnya memiliki intelektualitas," kata Joko lagi.