Terperangkap Sandwich Generation Nunung Srimulat Tanggung Keuangan 50 Anggota Keluarga

Apa yang dirasakan Nunung disebut sebagai salah satunya potret sandwich generation.

Terperangkap Sandwich Generation Nunung Srimulat Tanggung Keuangan 50 Anggota Keluarga
Terperangkap Sandwich Generation Nunung Srimulat Tanggung Keuangan 50 Anggota Keluarga

Lambeturah.co.id - Pelawak NunungSrimulat' jadi (trending topic) di Twitter setelah pernyatannya jika dirinya menanggung beban keuangan kira-kira 50 anggota keluarga viral.

Nunung menerangkan tanggung-jawab keuangan itu membuatnya tidak bisa pensiun dari jagat hiburan walaupun umurnya telah mencapai 60 tahun.

"Saya nolaknya bagaimana ya, namanya keluarga. Lantaran saya kan tahu persis kehidupan mereka," tangis Nunung.

Apa yang dirasakan Nunung disebut sebagai salah satunya potret sandwich generation.

Lalu, apakah itu sandwich generation?

Sandwich generation ialah generasi yang diapit tanggung-jawab keuangan beberapa susunan generasi di keluarganya.

Makna sandwich generation pertama dipakai oleh profesor Universitas Kentucky, Amerika Serikat Dorothy A. Miller dalam jurnalnya "The ‘Sandwich' Generation: Adult Children of the Aging'.

Normalnya, makna ‘generasi roti lapis' ini berpedoman ke orang berusia 35-50 tahun atau dalam umur produktif yang menanggung ongkos hidup sedikitnya tiga generasi: ke-2 orangtua yang sudah lansia, anak-anak yang masih belum dewasa, serta diri sendiri.

Ada juga istilah generasi ‘double sandwich' atau ‘triple-decker sandwich' yang digunakan untuk menggambarkan seorang di sekitar usia 60 tahun yang berperanan menjaga anak, cucu, dan orang tuanya yang umum berusia 90-an.

Keluar Bukan Hal Gampang

Orang yang tak pernah rasakan ada di status "sandwich" kemungkinan akan mudah menjelaskan tolak saja permintaan-permintaan keluarga yang memberatkan diri kamu.

Atau coba pelajari pembelajaran keuangan agar mengurus keperluan keuangan yang banyak sekali. Misalkan, mempunyai tabungan merencanakan, menyiapkan program pensiun, asuransi kesehatan atau mempersiapkan dana pengajaran anak.

Walau sebenarnya, keluar dari lingkaran beban generasi sandwich tidak sesederhana itu. Cukup banyak generasi sandwich yang tidak mempunyai ruang keuangan untuk menyisihkan tabungan.

Cukup banyak juga yang mempertaruhkan tekad kariernya untuk ambil pekerjaan yang relatif aman untuk menanggung keuangan keluarganya.

Disamping itu, kultur jadi aspek khusus kenapa sebagian orang memutuskan untuk jadi penunjang tanggung-jawab khusus dalam keluarga.

Menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Luh Surini Yulia Savitri, keterikatan akan keluarga sudah jadi etika di beberapa negara Asia yang berkultur komunal bukan individualis. Menjaga orangtua jadi sisi dari kepribadian dan bakti seorang anak.

"Apa lagi di negara kita, negara Asia, yang benar-benar tergantung pada keluarga" ucapnya.

"Jadi tak semudah itu kita bisa katakan ‘ah saya tidak mau menolong kembali,'" ucapnya.

Masalahnya beban generasi sandwich juga tidak cuma keuangan. Mereka sering jadi penunjang beban fisik dan emosional sebagai caregiver atau perawat penting di dalam rumah.

Jadi generasi sandwich bermakna menjalankan beragam peranan sekaligus: sebagai anak, jadi orang tua, sebagai pasangan, atau sebagai nenek/kakek.

Sebuah jurnal kreasi Sudarji dkk dalam Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi 2022 dengan judul "Challenges of the Sandwich Generation: Stress and coping strategy of the multigenerational care", menulis jika pribadi dalam angkatan ini rawan stress, stres, dan masalah kekhawatiran.

Penekanan psikis seperti itu muncul karena beberapa generasi sandwich perlu memikul tanggung-jawab tugas profesional, menjaga bagian keluarga, dan lakukan tugas lokal.

Generasi sandwich sering jadi mediator perselisihan yang terjadi di rumah, antara anak, atau perselisihan multigenerasi di antara orangtua dan anak.

Disamping itu, ketidaksamaan pemahaman dari orangtua dalam beberapa hal harian kecil sering melelahkan psikis anggota sandwich generation.

Dengan ini, sandwich generation dituntut untuk membagikan perhatian ke generasi di atasnya dan dibawahnya. Beban ini juga bisa semakin bertambah bila orangtua mempunyai penyakit yang memerlukan perawatan khusus.

"Apa lagi saat orangtua sakit, karena tentu perlu perhatian khusus. Dan anak dalam umur remaja yang perlu perhatian yang besar sekali ," kata Luh Surini.

"Ditambahkan lagi jika pasangan si sandwich generation ini pun bekerja dua-duanya, makin terpecah belahlah perhatiannya" paparnya.

Sudarji dkk menulis jika wanita lebih gampang terserang imbas psikis sandwich generation. Ini khususnya karena selainnya bertanggung jawab keuangan mereka bertanggungjawab dalam menjaga anak, orangtua, dan lakukan tugas lokal.

Tetapi, Luh Surini memperjelas jika tiap keluarga tidak bisa dipukul rata. Karena tiap keluarga mempunyai dinamika jalinan dan rekanan antaranggota yang berbeda.

"Saat ada seorang saudara dipandang mempunyai uang lebih, kemungkinan ada kemauan untuk memberi. Dan kemungkinan saudaranya juga terlatih tergantung dan ditolong. Tapi kita tidak tahu apa keadaan dalam keluarga itu, kita tidak dapat judge itu" tutupnya.