Viral Video Keluarga Pasien Ngamuk, Tuduh RSUD Leuwiliang Bogor Sembunyikan Ambulans

Viral Video Keluarga Pasien Ngamuk, Tuduh RSUD Leuwiliang Bogor Sembunyikan Ambulans
Viral Video Keluarga Pasien Ngamuk, Tuduh RSUD Leuwiliang Bogor Sembunyikan Ambulans

Lambeturah.co.id - Sebuah video yang menjadi viral memperlihatkan keributan keluarga pasien ngamuk di Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang, Kabupaten Bogor, yang diduga marah karena tidak puas dengan pelayanan rumah sakit.

Video ini diunggah melalui akun TikTok @Selvidamayanti27, yang mengungkapkan ketidakpuasan keluarga terhadap pelayanan RSUD Leuwiliang.

Kronologi kejadian bermula ketika keluarga pasien, yang berada dalam kondisi koma dan membutuhkan ambulans, meminta bantuan dari RSUD Leuwiliang.

Mereka merasa bahwa rumah sakit tersebut menyembunyikan ambulans di gudang atau garasi, yang sebenarnya dapat digunakan untuk mengangkut pasien ke rumah sakit rujukan.

Kerabat korban yang berada di lokasi kejadian, menjelaskan bahwa korban mengalami luka serius, seperti patah tulang pada paha, robek, dan benturan pada rahang hingga sulit untuk berbicara.

Keluarga berusaha membawa korban ke RSUD Kota Bogor menggunakan mobil Siaga Desa Pangkal Jaya, namun mengalami kendala dengan kursi tengah yang tidak bisa dibuka dan tanpa peralatan medis. Akhirnya, mereka meminta bantuan ambulans dari rumah sakit.

Amarah keluarga meningkat ketika ambulans yang dijanjikan oleh RS tidak kunjung datang, sementara korban membutuhkan perawatan segera.

Kerabat korban mencatat bahwa di garasi rumah sakit terdapat beberapa ambulans yang terparkir, namun pihak rumah sakit tidak menindaklanjuti permintaan keluarga.

"Kalau kami kan mobil sudah berusaha, hanya saja kakinya mentok jadi engga bisa ditutup pintunya, wajar saja kita minta dari rumah sakit," ujarnya dikutip dari TribunnewsBogor.com, Sabtu (11/11/2023).

"Waktu dibelakang itu saya liat ada (ambulans) empat atau berapa, hanya liat dari jauh engga disamperin kesana, karna saya memikirkan korban dan katanya nunggu sopirnya engga ada," ungkapnya.

Emosi keluarga mencapai puncaknya setelah ambulans yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, bukan milik rumah sakit, dan korban dilarikan ke RSUD Kota Bogor.

"Setelah semuanya emosi, akhirnya engga lama dia (pihak rumah sakit) bilang bahwa mobil sudah di Terminal Leuwiliang, kemudian mobil itu dicari sama anak korban, ternyata itu di terminal engga ada, kemudian pulang dia ngamuk lagi," ungkapnya.

"Itupun mobil luar bukan mobil rumah sakit, kayak mobil partai," katanya.

Keluarga merasa kecewa dengan pelayanan RSUD Leuwiliang yang dianggap tidak memadai dan merugikan kepentingan kemanusiaan.

"Padahal kalau memang harus bayar kita bayar, memang lalai lah itu mah. Ini soal kemanusiaan, malah menyangkut nyawa manusia," pungkasnya.

Tanggapan RSUD Leuwiliang

Menanggapi kontroversi tersebut, Direktur RSUD Leuwiliang, dr. Vitrie Winastri, memberikan penjelasan resmi.

Dia menyatakan bahwa pasien datang ke RSUD Leuwiliang setelah kecelakaan lalu lintas, dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi.

Pihak rumah sakit memberikan perawatan awal, termasuk merawat luka dan memberikan terapi, namun tidak dapat memberikan perawatan spesialis bedah saraf yang diperlukan.

Vitrie Winastri menjelaskan bahwa keluarga pasien menolak prosedur rujukan melalui Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dan memilih membawa pasien dengan kendaraan sendiri.

Pihak rumah sakit berusaha memberikan edukasi tentang pentingnya prosedur tersebut untuk menjaga stabilitas kondisi pasien.

"Kemudian keluarga pasien datang yaitu orang tua pasien dan dokter memberikan edukasi kembali, tetapi mengatakan tetap menunggu suami pasien datang," ujar dr. Vitrie Winastri, Sabtu (11/11/2023).

"Ketika dijelaskan prosedur rujukan, keluarga ingin langsung membawa pasien ke rumah sakit lain dengan kendaraan sendiri," katanya.

"Tetapi setelah dijelaskan, keluarga pasien tetap akan membawa pasien memakai kendaraan sendiri," katanya.

"Suami dan keluarga tetap menolak menggunakan SPGDT dan tetap akan menggunakan kendaraan sendiri, dan ternyata petugas rumah sakit melihat telah ada kendaraan yang menjemput pasien tersebut," tandasnya.

Kontroversi ini memunculkan ketidakpuasan keluarga pasien terhadap pelayanan RSUD Leuwiliang, sementara rumah sakit membela prosedur yang telah dijalankan. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan persepsi dan memicu perdebatan mengenai standar pelayanan kesehatan di RSUD Leuwiliang.