Waspada Video Hoax 'Atta, Raffi, Najwa shihab Dukung Judi Online' Dibikin Pakai AI

Waspada Video Hoax 'Atta, Raffi, Najwa shihab Dukung Judi Online' Dibikin Pakai AI
Waspada Video Hoax 'Atta, Raffi, Najwa shihab Dukung Judi Online' Dibikin Pakai AI

Lambeturah.co.id - Sebuah video yang memperlihatkan diskusi di televisi antara jurnalis Najwa Shihab dengan artis Raffi Ahmad dan Atta Halilintar terkait promosi situs judi yang viral di media sosial dipastikan merupakan hoaks.

Dalam videonya banyak dipertanyakan di Twitter alias X soal kebenarannya, mengingat para narasumber yang tak biasanya mempromosikan hal ilegal.

"Ini algoritma IG gw yg kacau / emang video ini asli? Mengejutkan kalo benar," kicau salah satu netizen.

Dalam video yang diunggah itu terlihat ketiga sosok bermasker itu berdiskusi terkait Kobe138, yang terlacak adalah situs judi online.

"Baik saya sudah bersama Raffi dan Atta," tutur Najwa saat mulai diskusi dengan suara yang mirip aslinya atau kecerdasan buatan (AI).

"Tujuan Anda bergabung dengan kobe138 untuk apa sih, bahkan Anda berani suntik dana besar-besaran untuk Kobe. Tolong bantu jelaskan, Mas Raffi dulu ya," tambahnya.

Raffi pun menjawab, dengan suara yang mirip aslinya tetapi datar, "jadi begini, Kobe138 kemarin sempat kerjasama dengan saya, terus saya minta mereka untuk wajib memberikan kemenangan yang besar untuk para penggunanya."

"Karena kalau tidak begitu saya tidak mau mengakui bahwa situs Kobe itu situs yang mudah menang. Saya minta ke pusat untuk kasih 90 persen kemenangan ke pengguna."

Sementara, Atta Halilintar, juga dengan suara sejenis, mengaku telah menyuntikkan data kurang lebih Rp100 miliar "buat bantu ekonomi warga lewat gamenya kobe."

"Karena melihat dampak dari covid belum selesai sepenuhnya, banyak ibu-ibu rumah tangga yang masih kekurangan," ucap suara Atta datar.

Mendengar hal itu, lantas netizen pun buru-buru menyanggah jika itu hasil edit atau sunting AI.

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie meminta masyarakat untuk waspada teknologi AI yang dapat membuat hoaks berupa peniruan gambar hingga suara yang mirip.

"Perkembangan teknologi juga dapat disalahgunakan untuk penyebaran disinformasi seperti penggunaan data untuk personalisasi referensi berita hingga penggunaan deepfake atau speech synthesis," ujar dia, dikutip dari siaran pers Kominfo.

Ia pun mendorong masyarakat untuk selalu mengecek kebenaran informasi melalui lembaga dan media yang kredibel.