Buang Limbah Nuklir Fukushima, Hongkong Larang Produk Laut Jepang

Vivian Lau, mengatakan pihak berwenang Hong Kong bakal memperkuat pemantauan impor makanan laut yang datang dari Jepang tersebut.

Buang Limbah Nuklir Fukushima, Hongkong Larang Produk Laut Jepang
Buang Limbah Nuklir Fukushima, Hongkong Larang Produk Laut Jepang

Lambeturah.co.id - Hongkong dikabarkan telah membentuk tim khusus guna memantau larangan impor beberapa makanan laut Jepang lantaran adanya pembuangan air radioaktif olahan pembangkit nuklir Fukushima ke laut.

Dilansir dari Reuters, Sekretaris Tetap Lingkungan dan Ekologi Kota, Vivian Lau, mengatakan pihak berwenang Hong Kong bakal memperkuat pemantauan impor makanan laut yang datang dari Jepang tersebut.

Sementara, Pemimpin Hong Kong menentang pembuangan air limbah itu ke laut oleh Jepang. 

Mulai Kamis (24/8/2023) berlaku Larangan impor Hong Kong untuk makanan laut Jepang. Hal Ini mencakup produk akuatik impor dari wilayah seperti Tokyo, Fukushima, Chiba, Tochigi, Ibaraki, Gunma, Miyagi, Niigata, Nagano, dan Saitama.

Pemerintah Hong Kong juga menuturkan, tak ada jadwal tentang berapa lama larangan itu bakal berlangsung. Namun, impor makanan laut dari 13 wilayah Jepang lainnya masih diizinkan. 

Sebagai informasi, Hong Kong merupakan pasar terbesar kedua bagi Jepang, usai China daratan, untuk ekspor pertanian dan perikanan. Hong Kong telah mengimpor makanan laut senilai 75,5 miliar yen (519,54 juta dolar AS) dari Jepang tahun lalu.

Pemilik toko ikan Robert Ho menyampaikan, larangan itu bakal membantu penjualan ikan lokal Hong Kong.

"Karena tidak ada ikan Jepang di pasar, ikan lokal kita lebih unggul, apakah kita masih perlu makan ikan Jepang ketika kita memiliki ikan tangkapan lokal yang besar ini?" Ujar Ho.

Jepang pun mulai mengeluarkan lebih dari satu juta ton air dari pabrik di utara Tokyo, dan menegaskan jika hal itu aman untuk dilakukan. 

Dalam upaya Jepang untuk membuang air limbah nuklir Fukushima juga sudah disetujui Badan Pengawas Nuklir PBB, namun mendapat pertentangan dari dalam dan luar negeri, termasuk dari China, sebab adanya kekhawatiran soal keamanan pangan. 

Hal itu disampaikan oleh Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menyebut tindakan itu "sangat egois" dan Beijing telah mengajukan keluhan resmi kepada pemerintah Jepang.