Heboh Turis Kanada Sebut Wisata Pulau Togean Sulawesi Bak Neraka!

Baru-baru ini Turis asal Kanada mengeluhkan saat berlibur ke Kepulauan Togean, Tojo Una-Una, Sulteng. Ia anggap momen itu bak di neraka. 

Heboh Turis Kanada Sebut Wisata Pulau Togean Sulawesi Bak Neraka!
Heboh Turis Kanada Sebut Wisata Pulau Togean Sulawesi Bak Neraka!

Lambeturah.co.id - Baru-baru ini Turis asal Kanada mengeluhkan saat berlibur ke Kepulauan Togean, Tojo Una-Una, Sulteng. Ia anggap momen itu bak di neraka. 

Namun, pengalaman tak menyenangkan dialami turis bernama Dave Smith ini ketika memilih memutuskan ke Kepulauan Togean, ia membayangkan pengalaman berenang bersama ubur-ubur.

Perairan Togean adalah tempat berkembang biaknya hewan laut, yakni ubur-ubur tanpa penyengat, dugong, lumba-lumba, hingga penyu sisik yang hampir punah.

Lewat ceritanya yang dipublikasikan South China Morning Post pada Senin (21/08), Dave menempuh perjalanan panjang untuk dapat sampai ke Togean. 

Ia menginap di Ampana dan keesokan paginya berangkat menggunakan kapal feri menuju Wakai, desa terbesar Kepulauan Togean. Selama perjalanan, ia berbincang dengan penduduk lokal ramah yang menawarkannya kopi. Ia juga mendapati atraksi lumba-lumba yang melompat ke permukaan saat setengah perjalanan.

Ia kemudian mendarat di Wakai, kawasan yang menurutnya dikelilingi air kotor dan lumpur, di mana terdapat buaya air asin yang kerap muncul di malam hari. Saat Dave tiba, ia mendengar kabar jika seorang nelayan baru saja meregang nyawa dimakan buaya sehari sebelumnya.

Lalu, Dave pergi menuju resor yang sudah dipesannya, dengan menyewa perahu motor seharga Rp 150.000. Menurutnya, ada sekitar 20 resor yang tersebar di kawasan Kepulauan Togean.

Selama 30 menit perjalanan, ia disuguhi pemandangan dramatis tanjung pulau terbesar dan karst batu kapur, yang menurutnya menjulang seperti bidak catur raksasa.

Saat tiba di resor, Dave melihat kondisi ruang makan dan ruangan peralatan selam tampak tidak cukup baik. Namun menurutnya, kamarnya cukup bersih dengan tempat tidur yang cukup nyaman. Dave pun menyayangkan sajian resor yang menurutnya tidak cukup baik.

Dave bertemu dan berbincang dengan tamu lain, Ned dan Tom dari Australia. Mereka menanggapi bagaimana layanan di resor tersebut. 

Tom sempat menekankan kepada Dave soal pelayanan yang sesuai dengan harga. "Kami sudah terbiasa dengan akomodasi semacam ini. Anda tidak boleh terlalu tegang saat bepergian dengan anggaran terbatas di Indonesia," kata Tom.

Dave juga membandingkan jika harga resornya ini hanya separuh dari harga laundry-nya saat ia berlibur di resor mewah di Maladewa.

Keesokan paginya, Dave menggunakan salah satu perahu kecil di resor untuk mendayung di sekitar pulau. Salah satu petugas resor memperingatinya untuk tidak pergi ke daerah timur pulau lantaran keberadaan buaya di hutan bakau.

Namun, Dave malah mengkhawatirkan bahwa buaya di sekitar sana bisa berenang beberapa mil ke arah mana pun. Menurutnya, mendayung di sekitar situ bisa mengancam dirinya.

Dia mengaku membaca keluhan yang sama dari turis lain yang menginap di resor yang berbeda di Kepulauan Togean.

Menghiraukan area sekitar pulau, Dave melirik area terumbu karang yang disinggahi banyak pengunjung lainnya yang melakukan snorkeling. Menurutnya, area itu terlihat cukup aman untuk diselami.

Ia juga melihat taman karang yang luas, dengan sebagian besar kondisinya yang tidak berwarna atau mati.

Dilansir dari Travelfish, sejak tahun 1990-an banyak nelayan sudah banyak melakukan praktek penangkapan ikan dengan bom atau sianida di kawasan Togean.

Hal ini menyebabkan hiu, ikan besar, hingga kura-kura menjadi jarang terlihat. Pada tahun 2016, data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tojo Una-Una mengatakan ada 25 dari 90 lokasi spot diving dalam kondisi yang tidak cukup baik.

Sementara itu, Perkumpulan Inovasi Komunitas (Imunitas) Sulawesi Selatan mencatat dalam situsnya pada Selasa (11/7/2023) jika sejak tahun 1990, Kepulauan Togean sudah menjadi pemasok Ikan Napoleon Hidup dalam perdagangan global. 

Imunitas juga mengungkapkan kondisi kerusakan terumbu karang yang meningkat tajam pada periode saat ini. 

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Tojo Una-Una, Rahmat Basri, mengonfirmasi bahwa praktik ilegal pengeboman laut masih terus terjadi saat ini.

Lalu, Esok paginya, Dave memutuskan untuk menghentikan liburannya dan memesan perahu bersama beberapa turis lainnya untuk segera membawanya kembali ke Wakai.

Perahu tiba sore harinya. Dave merasa seperti Tom Hanks dalam film Castaway usai terdampar selama bertahun-tahun di pulau tropis.

"Kepulauan Togean terlihat seperti surga. Tetapi bagi saya, mereka terasa seperti neraka," pungkasnya.