Kepala BPOM Beri Jawaban Soal Dugaan Kecolongan karena Kasus Gangguan Ginjal Akut

Kepala BPOM Beri Jawaban Soal Dugaan Kecolongan karena Kasus Gangguan Ginjal Akut
Kepala BPOM Beri Jawaban Soal Dugaan Kecolongan karena Kasus Gangguan Ginjal Akut

Lambeturah.co.id - Sebanyak 241 anak terkena gangguan ginjal akut dan 133 diantaranya meninggal dunia. Membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dalam pengawasan produk obat-obatan dipertanyakan kinerjanya.

Pasalnya isu negatif terkait kasus gangguan ginjal akut adalah tanda jika BPOM kecolongan dalam melakukan pengawasan.

Sementara itu, Kepala BPOM RI, Penny K Lukito, mengatakan jika pengawasan dan kontrol, tak hanya solo mutlak ada di tangan BPOM.

“Saya kira itu ketentuan yang sudah ada ya. Kontrol kualitas dari bahan baku yang ada di industri farmasi juga harus ada. Terutama tanggung jawab tersebut di industrinya masing-masing, dan kemudian Badan POM memverifikasi. Bukan berarti diserahkan begitu saja,” kata Penny, dalam konferensi pers BPOM, pada Minggu, (23/10/2022).

“Kami tentunya melakukan pencermatan dengan pengalaman yang sudah dilakukan oleh BPOM selama ini, tentunya kami sudah mempunyai data base yang lengkap. Selain itu, punya pengetahuan yang mendalam dikaitkan dengan suatu perusahaan yang punya rekam jejaknya, kemudian dengan data-data yang diberikan,” tambahnya.

BPOM juga menyampaikan analisa dan pengujian yang berbasiskan resiko hingga melakukan random pengujian juga jika ada suatu perusahaan nekat melakukan kecurangan.

Penny juga tidak menampik jadi momentum untuk BPOM agar kembali meningkatkan dan memperketat pengawasan.

Menurutnya, BPOM akan lebih teliti lagi dalam melakukan verifikasi terhadap data-data yang diberikan oleh industri farmasi tersebut.

“Di Indonesia ini perbedaan kapasitas dari industri dengan quality control yang baik, tentunya bervariasi. Jadi pertimbangan BPOM dengan situasi yang di hadapi ini, kita akan lebih memperketat pre market dan juga ke depannya adalah post market. Pengawasan terhadap obat jadinya juga akan kita lakukan secara berbasiskan resiko,” tandasnya.