Tahun Depan Ada Tarif KRL Khusus 'Orang Kaya'

Tahun 2023 KRL berencana menetapkan tarif baru untuk warga mampu atau 'orang kaya'. Harga tiket akan dinaikan agar subsidi tarif KRL tepat sasaran.

Tahun Depan Ada Tarif KRL Khusus 'Orang Kaya'
Tahun Depan Ada Tarif KRL Khusus 'Orang Kaya'

Lambeturah.co,id - Tahun 2023 KRL berencana akan menetapkan tarif baru untuk warga mampu atau 'orang kaya'. Harga tiket akan dinaikan untuk 'orang kaya' agar pemberian subsidi untuk tarif KRL dapat tepat sasaran. 

Selama ini tarif penumpang KRL masih disubsidi oleh pemerintah. PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter mencatat, pada 2021 realisasi subsidi tarif pengguna KRL dalam bentuk Public Service Obligation (PSO) mencapai Rp 2,14 triliun. 

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan butuh skema yang tepat agar subsidi dapat tepat sasaran. Salah satunya dengan membuat kartu baru khusus 'orang kaya' sebagai pembeda agar tidak ikut menikmati subsidi. 

"Kalau semua subsidi akhirnya didapat kepada masyarakat yang membutuhkan, contoh di Jakarta kita gunakan KRL hanya (sekitar) Rp 4.000, itu cost-nya mungkin Rp 10-15 ribu yang sebenarnya," kata Budi Karya dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (27/12) kemarin. 

Di tempat yang sama, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal menjelaskan penumpang dengan kategori mampu akan membayar sesuai dengan harga asli KRL. Jika demikian, mengacu pada pernyataan Budi Karya, maka tarif untuk penumpang mampu bisa Rp 10-15 ribu. 

"Jadi subsidi tepat guna (tarif KRL) nggak naik. Cuma kita pakai data di Kemendagri, yang kaya bayar sesuai harga aslinya, cuma yang kurang mampu akan dapat subsidi. Memang tidak akan naik cuma subsidi tepat sasaran," tambah Risal Wasal dalam kesempatan yang sama. 

Dia menjelaskan pihaknya masih menimbang-nimbang data apa yang akan menjadi dasar pembeda antarpenumpang. Dia menyebutkan akan menggunakan data Kementerian Dalam Negeri ataupun Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial. 

"Kita harapin nggak ribet deh, percaya data kita. (Pakai DTKS?) Bisa jadi, pokoknya data yang terbaik yang mana kita pakai," ujar Risal Wasal terkait penggolongan tarif KRL tersebut.