Kemendag Akan Pantau Tokopedia Shop Usai PHK 450 Karyawan

Kemendag Akan Pantau Tokopedia Shop Usai PHK 450 Karyawan
Kemendag Akan Pantau Tokopedia Shop Usai PHK 450 Karyawan

Lambeturah.co.id - Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan memantau sejumlah langkah bisnis hingga pelayanan TikTok pasca melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 450 karyawan Shop Tokopedia.

"Tetap kita pantau terus," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Isy Karim di Kantor Kemendag, pada Rabu (19/6/2024).

"Lebih ke efisiens fungsi redundan, layanan [Shop Tokopedia] masih dipantau terus," tambahnya.

Sebelumnya, pada Selasa (17/6/2024), Momentum Works, sebuah perusahaan riset yang berbasis di Singapura ini, sedang menyoroti motif di balik TikTok melakukan PHK kepada 450 karyawan TikTok Shop atau Shop Tokopedia di Indonesia setelah Pemilihan Presiden (Pilpres).

Diketahui, Pemilihan Presiden Indonesia digelar pada 14 Februari 2024. Empat bulan usai Pilpres, TikTok Tokopedia memutuskan untuk melakukan reorganisasi.  

Pada Jumat 14 Juni 2024, TikTok sudah mengumumkan PHK terhadap entitas gabungan TikTok Shop dan Tokopedia di Indonesia.

Berdasarkan informasi yang diterima lambeturah jika PHK itu dilakukan terhadap 450 orang atau sekitar 9% dari total karyawan TikTok dan Tokopedia.

CEO & Founder Momentum Works, Jianggan Li, mengatakan, analisis mereka pada Desember 2023 yang berjudul "Pemenang & Pecundang di Balik Kesepakatan TikTok-GOTO" menempatkan karyawan Tokopedia ke dalam kategori "tidak begitu jelas".

"Kami mengajukan pertanyaan bagaimana kinerja mereka, terutama para manajer, jika digabungkan dan disatukan?," tulis Li dalam laporannya, dikutip pada kamis (20/6/2024). 

Ia juga menyoroti momentum yang dipilih TikTok melakukan PHK karyawan Shop Tokopedia usai Pilpres dan sebelum pelantikan kabinet baru pada Oktober 2024 mendatang.

Menurutnya, ByteDance sebagai induk TiktTok dikenal sebagai perusahaan teknologi berbasis data yang bisa merekayasa faktor produksi, termasuk karyawan dan sistem mereka untuk memaksimalkan efisiensi bisnisnya. 

"Restrukturisasi seperti ini biasa terjadi pada bisnis mereka di Tiongkok, dan apakah hal ini dapat diadaptasi secara efektif ke dalam lingkungan kerja di Indonesia merupakan hal yang menarik untuk dicermati," pungkasnya.