Polisi Periksa Dokter Mata yang Tangani Siswi SD di Gresik Pertama Kalinya

Polisi Periksa Dokter Mata yang Tangani Siswi SD di Gresik Pertama Kalinya
Polisi Periksa Dokter Mata yang Tangani Siswi SD di Gresik Pertama Kalinya

Lambeturah.co.id - Kasus siswi SDN 236 berinisial SAH gresik yang matanya diduga dicolok tusuk bakso masih terus menggelinding.

Usai dokter RSUD Ibnu Sina menyampaikan tidak ada tanda kekerasan, pihak kepolisian memastikan keterangannya dengan memeriksa dokter spesialis mata RS Cahaya Giri. RS itu adalah tempat pertama kali SAH memeriksakan diri.

Terkait hal itu, Kasat Reskrim Polres Gresik AKP Aldhino Prima Wirdhan menjelaskan, dalam proses penyidikan pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi. Termasuk dokter spesialis mata RS Cahaya Giri yang menangani anak itu.

"Dari setelah kejadian pada tanggal 7 Agustus anak ini langsung dibawa ke Rumah Sakit Cahaya Giri. Sekali lagi saya tekankan setelah mendapatkan laporan adanya kejadian itu, SAH ini dibawa untuk periksa di Cahaya Giri," ucap Aldhino, pada Jumat (22/9/2023).

"Berdasarkan dari keterangan yang kita dapat, dokter yang memeriksa ini memastikan tidak ada luka tusukan bakso atau tusuk bakso yang menancap di mata. Jadi kondisi matanya tidak berdarah, tidak ada luka tusuk, atau tidak ada darah yang keluar. Ini pemeriksaan pas tanggal 7 Agustus, di mana tanggal tersebut adalah tanggal peristiwa itu terjadi," tambahnya.

Ia melanjutkan, usai melakukan pemeriksaan dengan alat, memang anak ini mengalami perbedaan fungsi mata. 

"Secara kasat mata memang mata anak ini normal, tidak ada bekas tusukan ataupun bekas luka yang disebabkan benda tumpul maupun benda tajam. Hasil MRI yang dilakukan juga menunjukkan tidak adanya tanda kekerasan maupun bekas luka dari benda tumpul maupun benda tajam. Tapi memang ada pengurangan penglihatan. Tapi penyebabnya ini yang lagi didalami lagi oleh dokter spesial hingga saat ini," ujarnya.

Dari hasil keterangan saksi-saksi ahli dokter spesialis yang diperiksa, penurunan fungsi penglihatan bisa disebabkan banyak hal. 

"Penyebab penurunan fungsi penglihatan ini kan ada banyak penyebabnya. Entah mungkin, sebelum kejadian anak ini pernah jatuh atau pernah kecelakaan atau hal lainnya. Dan ini yang masih kita selidiki. Untuk memperjelas itu, kita bekerja sama dengan dokter spesialis dan pendampingan psikologi dari P2TP2A," tuturnya.

Ia masih terus melakukan penyidikan soal laporan orang tua korban yang menyebut anaknya menjadi korban kekerasan fisik. Tetapi, pihaknya tengah mengumpulkan bukti-bukti yang bisa dijadikan petunjuk.

"Ini kita masih dalami (laporan polisi orang tua SAH). Kami masih mencari bukti-bukti petunjuk untuk mengarah ke penusukan mata atau kekerasan terhadap anak. Sampai saat ini sebanyak 47 saksi yang kita periksa, belum ada yang menyatakan melihat kejadian tersebut," ungkapnya.

Aldhino mengatakan pihaknya tetap bakal melanjutkan penyidikan untuk membuat fakta kasus ini menjadi terang. 

"Tugas kami sebagai penyidik ini untuk membuat fakta kasus ini seterang mungkin. Tidak ada yang ditutup-tutupi di sini. Kami tugasnya independen, kami harus membuka kasus ini seterang benderang mungkin. Apapun hasilnya kita akan sampaikan sesuai SOP yang berlaku. Makanya kita memperbanyak keterangan dari tambahan saksi untuk mengetahui peristiwa sebenarnya dan apa yang terjadi," tandasnya.