Miris Siswa SD di Cikampek Dibully Teman, Guru Hingga Kepsek Gegara Beda Agama Hingga Diduga Dipukuli

Diketahui adanya Bullying diduga terjadi di SDN Jomin Barat 2 Cikampek, Karawang. Kasus bullying ini diungkapkan pegiat media sosial, Ade Armando.

Miris Siswa SD di Cikampek Dibully Teman, Guru Hingga Kepsek Gegara Beda Agama Hingga Diduga Dipukuli
Miris Siswa SD di Cikampek Dibully Teman, Guru Hingga Kepsek Gegara Beda Agama Hingga Diduga Dipukuli

Lambeturah.co.id - Seorang siswa SD menjadi korban perundungan (bullying) oleh murid lain, guru, hingga kepala sekolah viral di media sosial.

Diketahui adanya Bullying diduga terjadi di SDN Jomin Barat 2 Cikampek, Karawang. Kasus bullying ini diungkapkan pegiat media sosial, Ade Armando.

"Saya ingin berbagi cerita yang saya rasa akan membuat kita semua sedih. Ini berlangsung di sebuah sekolah dasar negeri, SDN Jomin Barat 2 Cikampek. Di sekolah itu ada seorang anak yang di-bully. Adalah seorang anak yang datang dari keluarga penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa," kata Ade Armando dalam videonya dikutip dari akun Twitter @adearmando61, pada Senin (10/7/2023).

"Jarena kepercayaannya itu, dia di-bully di sekolahnya. Yang mem-bully dia dari murid, guru, dan bahkan kepala sekolah. Dia itu dipaksa oleh kepala sekolahnya untuk mengenakan jilbab. Dan dia sudah mengenakan jilbab dia tetap di-bully karena kepercayaannya. Dia dicakar, dia diledek, dicaci maki, bahkan dipukul," tambahnya.

Menurutnya, BB dipukul hingga berdarah pada bagian hidung. Orang tua BB pun tak terima dan mendatangi sekolah untuk memprotes perlakuan yang dialami anaknya. Namun, pihak sekolah menganggap enteng bullying yang dialami BB.

"Orang tuanya tentu saja tidak terima. Orang tuanya datang ke sekolah dan memprotes. Guru dan kepala sekolah sekadar bilang, 'ah, itu biasa. Kelakuan anak-anak'. Orang tuanya akhirnya datang ke Dinas Pendidikan," ujarnya.

Sementara itu, Pihak Dinas Pendidikan sudah mendatangi sekolah itu. Namun, tak ada perubahan.

"Anak itu masih terus di-bully," imbuhnya.

Ade membeberkan, orang tua BB terpaksa memindahkan sekolah anaknya ke sekolah lain. BB hidup dalam keadaan stres dan tertekan lantaran orang-orang di sekitarnya tidak bisa menerima tidak toleran terhadap keyakinan yang dianut BB dan keluarganya tersebut.

"Kita berharap ini tidak lagi terjadi. Pemerintah harus secara tegas menindak guru dan kepala sekolah yang diskriminatif," pungkasnya.